Hari Kartini: Emansipasi Wanita 

Raden Ajeng Kartini, beliau merupakan seorang pahlawan nasional wanita Indonesia yang sering memperjuangkan kesetaraan dan hak-hak kaum wanita di Indonesia. Tanggal kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Kartini yakni hari yang diperingati sebagai hari emansipasi wanita di Indonesia. Kartini sering kali menulis surat yang isinya adalah pemikiran dan perjuangan untuk membela hak-hak kaum wanita, hingga pada tahun 1964 pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Raden Ajeng Kartini.  Lalu, apa itu emansipasi wanita yang dikemukakan oleh Raden Ajeng Kartini?  

Makna emansipasi wanita pada tahun 1980-an telah mengalami pergeseran makna. Keinginan dan cita-cita Kartini terhadap perempuan bangsanya saat itu jauh dari yang dicerminkan perempuan masa kini.1 Kata emansipasi sendiri memiliki arti pembebasan dari suatu penguasaan.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emasipasi adalah pembebasan dari perbudakan atau persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria. Selanjutnya emansipasi wanita memiliki arti proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.3 Di zaman Kartini, dalam pemikirannya, pemaknaan akan emansipasi wanita hanya sebatas kaum wanita berhak dan bebas untuk mengenyam pendidikan dan menolak pernikahan poligami. Makna konsepsi emansipasi wanita dalam pemikiran R. A. Kartini adalah menginginkan kebebasan dan mandiri. Bebas dan mandiri dalam bidang pendidikan dan kehidupan berumah tangga. Kartini ingin perempuan mendapatkan pendidikan di bangku sekolah serta menolak pernikahan poligami.4 Ini dikarenakan, pada zaman itu, wanita masih dianggap kaum yang di bawah laki-laki atau biasa disebut dengan sistem patriarki. 

Perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh Kartini banyak ditemukan dalam surat-suratnya. Sejak melewati masa pingitan, Kartini gemar sekali menulis. Bakat menulisya ia dapatkan dari ayah dan paman-pamannya yang dikenal lewat tulisan-tulisan kritisnya pada pemerintah Hindia-Belanda.5 Kartini memilih sastra sebagai perjuangannya untuk membebaskan perempuan dari kukungan budaya yang dianut masyarakat Jawa pada saat itu. Melalui sastra, Kartini ingin menyampaikan inspirasinya pada masyarakat Hindia-Belanda.6 Jika melihat kembali isi surat-surat Kartini, banyak konsep perjuangan yang ingin dilakukannya sebagai perempuan untuk mengangkat derajat kaumnya seperti menjadi dokter, bidan, perawat, bahkan guru. Namun, menulis menjadi pilihan utamanya dan paling menyenangkan baginya karena ia begitu mencintai sastra sehingga dapat membuatnya tenang jika telah menulis.7 

Perjuangan Kartini dalam membela hak-hak wanita di Indonesia sangatlah luar biasa. Dirinya merupakan seorang anak selir, yang hidup di lingkungan yang mengekang kebebasan perempuan, yang masih menganggap bahwa perempuan harusnya berada di bawah laki-laki. Namun, ini bukan merupakan halangan bagi Kartini untuk membuatnya tumbuh menjadi sosok wanita yang memiliki pemikiran kritis dan kuat. Kartini memperjuangkan hak-hak wanita Indonesia agar tidak terus menerus hidup dalam pengekangan yang melanggar hak-hak seorang perempuan sebagai manusia melalui surat-surat yang ditulisnya. Di era sekarang, perwujudan emansipasi wanita dapat dilihat melalui aspek pendidikan hingga peran perempuan dalam kehidupa. Salah satu contohnya ialah presiden perempuan pertama di Indonesia, yaitu Ibu Megawati Soekarnoputri yang berhasil menjadi presiden ke-5 di Indonesia. Untuk mewujudkan emansipasi wanita, tentunya perlu banyak dukungan dari berbagai aspek mulai dari pendidikan, politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Makna sebenarnya dari emansipasi wanita yaitu tentang bagaimana wanita dapat berkembang dan maju dari waktu ke waktu tanpa menghilangkan jati dirinya. Dengan memahami makna emansipasi wanita seutuhnya, wanita turut serta memberikan emansipasi bagi masyarakat dan negara.8 

DAFTAR PUSTAKA 

Mustikawati, C. (2015). Pemahaman emansipasi wanita. Jurnal kajian komunikasi, 3(1), 65-70. 

https://nursing.ui.ac.id/memaknai-emansipasi-wanita-di-masa-kini


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *