Kartini dan Kesetaraan Gender dalam Perjuangan No One Left Behind

Ditulis Oleh : Afdhilla Wulan Putri

Perjuangan Raden Ajeng Kartini sejak awal abad ke-20 merupakan tonggak penting dalam sejarah kesetaraan gender di Indonesia. Kartini tidak hanya memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan, tetapi juga membuka jalan bagi perempuan Indonesia agar tidak ada yang tertinggal dalam menikmati hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Semangat “No One Left Behind” yang terkandung dalam perjuangannya mengingatkan kita bahwa kesetaraan gender harus mencakup seluruh lapisan perempuan tanpa terkecuali.

Kartini hidup di masa ketika perempuan sangat dibatasi oleh norma sosial dan budaya yang menempatkan mereka pada posisi subordinat. Melalui surat-suratnya, ia menyuarakan kritik terhadap ketidakadilan yang dialami perempuan, menuntut kebebasan, hak pendidikan, dan kesempatan berkontribusi dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Perjuangan ini bukan hanya soal hak individu, tetapi juga tentang menghapus stigma dan stereotip yang membelenggu perempuan agar mereka bisa berkembang secara utuh.

Semangat Kartini terus menginspirasi perempuan modern untuk memperjuangkan kesetaraan gender yang nyata, terutama dalam bidang pendidikan, karier, dan politik. Pendidikan menjadi kunci utama yang ditekankan Kartini karena melalui pendidikan perempuan dapat mandiri dan berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Kini, perjuangan tersebut berlanjut dengan menuntut kesetaraan dalam kesempatan kerja, penghapusan kesenjangan gaji, dan peningkatan representasi perempuan dalam kepemimpinan.

Konsep “No One Left Behind” dalam konteks kesetaraan gender tidak ada satu perempuan pun yang bisa ditinggalkan korban diskriminasi, stereotip, atau penghalang struktural. Konsep ini juga mengandung makna inklusivitas, di mana perempuan dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda-beda mendapatkan akses yang sama untuk mengembangkan diri. Perjuangan Kartini membuka celah bagi perempuan untuk berkarya, berkarir, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sehingga kualitas hidup perempuan meningkat dan mereka bisa berkontribusi secara maksimal pada masyarakat. Namun, tantangan kesetaraan gender masih nyata di Indonesia. Masih terdapat hambatan budaya, sosial, dan ekonomi yang membatasi perempuan dalam mengakses hak-haknya.

Oleh karena itu, perjuangan Kartini harus terus dilanjutkan oleh generasi sekarang dengan semangat yang sama, memastikan tidak ada perempuan yang tertinggal dalam meraih hak asasi dan kesempatan yang setara. Dengan meneladani semangat Kartini, kita diajak untuk membangun masyarakat yang adil dan inklusif, di mana kesetaraan gender bukan hanya slogan, tetapi realitas yang dirasakan oleh semua perempuan. Perjuangan “No One Left Behind” adalah panggilan bagi seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama menghapus diskriminasi dan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan, sehingga mereka dapat berkontribusi secara penuh dalam pembangunan bangsa yang lebih maju dan berkeadilan.

Kartini tidak hanya pahlawan perempuan dari masa lalu, melainkan simbol perjuangan kesetaraan gender yang masih relevan sampai hari ini. Meneruskan perjuangannya adalah memastikan setiap perempuan, tanpa kecuali, memiliki hak dan kesempatan sama untuk hidup bermartabat dan berdaya. Ini adalah perjuangan bersama untuk masa depan Indonesia yang lebih inklusif dan setara.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *