Pantai Lango : Bukti kesenjangan dibalik megahnya IKN

Pemindahan Ibu kota negara masih terus berjalan, banyak bangunan dan infrastruktur penunjang dari pembangunan IKN yang terus di kebut agar segera rampung, terlebih lagi setelah upacara peringatan 17 agustus yang dilaksanakan di IKN beberapa bulan terakhir. Namun pemindahan ibu kota negara ini masih menjadi hal pro dan kontra di masyarakat khususnya masyarakat daerah pesisir yang berada tidak jauh dari titik nol ibu kota negara. Salah satunya adalah masyarakat pantai lango, pantai lango merupakan sebuah kelurahan yang berada di sekitar pesisir teluk Balikpapan tepatnya berada di kecamatan penajam kabupaten penajam paser utara provinsi Kalimantan timur.  

Pantai lango ini merupakan salah satu wilayah yang cukup dekat dengan lokasi pembangunan IKN, menurut data badan pusat statistic kabupaten penajam paser utara jarak antara kelurahan hingga IKN hanya berkisar 63 km. Namun karna dekatnya lokasi pembangunan IKN ini membuat banyak masyarakat yang merasa resah.

Dari hasil survei yang dilakukan secara langsung oleh Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) banyak masyarakat pantai lango yang mengalami keresahan dari hadirnya IKN ini, Salah satunya yaitu bapak adnan (warga lokal) yang mengatakan bahwa sesungguhnya mereka bangga dan senang IKN hadir di dekat kelurahan mereka tetapi dari hadirnya IKN membuatnya resah akan pendapatan yang semakin berkurang terlebih lagi mata pencaharian utamanya sebagai nelayan. Dengan hadirnya IKN dan ramainya perusahaan serta pembangunan yang terjadi di sekitar wilayah teluk Balikpapan membuatnya harus mencari ikan hingga ketengah laut karna biasanya hasil tangkapannya cukup banyak di sekitar wilayah tersebut sekarang semakin berkurang ditambah larangan untuk memancing atau menjala ikan menggunakan bubu (alat menangkap ikan tradisional) disekitar wilayah perusahaan membuat mereka semakin susah dalam mencari ikan.

Hal yang serupa juga dialami oleh para nelayan lainnya, karna memancing dan menjala merupakan mata pencaharian atau pendapatan utama mereka sehingga mereka harus mencari ke laut yang lebih jauh untuk hasil tangkapan yang lebih banyak. Namun untuk sampai ke wilayah tersebut juga memerlukan biaya dan pengeluaran yang lebih banyak pula khususnya untuk bahan bakar bensin atau solar yang digunakan kapal.

Ibarat pribahasa gali lubang tutup lubang, hal tersebut yang dirasakan masyarakat pantai lango. Yang sebelumnya pendapatan mereka mencukupi untuk kebutuhan perbulan tetapi karna bekurangnya hasil tangkapan ikan ditambah semakin naiknya harga pokok beserta biaya hidup lainnya membuat masyarakat semakin sulit untuk bertahan hidup ditanah yang sudah mereka tinggali sejak lahir ini. Kesenjangan ini semakin terasa dengan sulitnya masyarakat pantai lango untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan, mereka harus menempuh jarak 49 Km untuk sampai ke rumah sakit RSUD Ratu Aji Putri Botung Penajam Paser Utara atau memilih puskesmas pembantu yang berada di kelurahan terdekat yaitu di kelurahan gersik dimana untuk sampai ke kelurahan tersebut memiliki jarak tempuh yang cukup jauh pula.

Hal ini semakin membuktikan bahwa masih banyak terdapat kesenjangan baik sosial ataupun kesejahteraan di masyarakat pantai lango, dibalik megahnya pembangunan IKN yang memiliki visi smart, green, beautiful, dan sustainable serta memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan tetapi pada kenyataannya banyak masyarakat yang resah karna banyak pepohonan khususnya pohon bakau yang ditebang, perusahaan yang masuk menjadikan warga sulit mencari ikan sebagai mata pencarian utama mereka selain itu lahan yang dekat dengan IKN membuat mereka cemas akan wilayah mereka yang terancam direforma.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *